Tiongkok Terapkan Kontrol Ekspor Grafit, Industri EV Global Ketar-ketir

Share Now

Mediabersama.com, Tiongkok telah mengumumkan kontrol ekspor yang ketat terhadap produk grafit tertentu. Aturan ini akan mulai berlaku mulai 1 Desember 2023.

Dilansir dari TechNode, pemerintah Tiongkok, dengan alasan “kekhawatiran keamanan nasional,” menyatakan bahwa eksportir kini diwajibkan untuk memperoleh mengizinkan pengiriman bahan grafit sintetik dengan kemurnian tinggi, kekerasan tinggi, dan intensitas tinggi, bersama dengan grafit serpihan alam dan turunannya.

Pengumuman yang dibuat oleh Kementerian Perdagangan Tiongkok ini telah menimbulkan kekhawatiran mengenai gangguan pada rantai pasokan. Meskipun para pejabat Tiongkok berpendapat bahwa pembatasan ini tidak ditujukan untuk negara tertentu dan izin akan diberikan jika peraturan dipenuhi, para analis melihat langkah ini sebagai potensi pembalasan terhadap pembatasan yang dilakukan Amerika Serikat (AS) baru-baru ini.

Pekan lalu, Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo mengumumkan pembatasan lebih lanjut pada ekspor chip AI dan peralatan manufaktur ke Tiongkok, menekankan tujuan membatasi akses Tiongkok terhadap semikonduktor canggih yang penting untuk terobosan kecerdasan buatan.

Lalu, apa itu grafit? Grafit adalah mineral penting yang digunakan dalam baterai kendaraan listrik atau Electric (EV), reaktor nuklir, refraktori baja, dan proses manufaktur canggih seperti produksi graphene yang merupakan komoditas yang sangat diandalkan secara global.

Dominasi Tiongkok dalam produksi grafit diketahui sangat signifikan, diharapkan menghasilkan 61 persen grafit serpihan dan 92 persen bahan anoda pada tahun 2023. Dampak global dari keputusan Tiongkok telah membuat negara-negara utama, termasuk Korea Selatan dan Jepang, berada dalam kewaspadaan tinggi.

Menteri perdagangan kedua negara telah menyatakan keprihatinannya, dan Hirokazu Matsuno dari Jepang menyarankan untuk melibatkan Organisasi Perdagangan Dunia untuk mengatasi masalah ini. Para ahli berpendapat bahwa terdapat kebutuhan bagi perusahaan non-Tiongkok untuk mempercepat upaya mengembangkan rantai pasokan yang tidak bergantung pada bahan olahan Tiongkok.

Perkembangan terakhir ini menyusul pembatasan ekspor serupa yang diberlakukan oleh Beijing pada bulan Juli terhadap logam seperti galium dan germanium, yang juga dibenarkan atas dasar “masalah keamanan nasional.”

Ketika dunia bergulat dengan ketegangan perdagangan ini, para ahli berpendapat bahwa diversifikasi rantai pasokan dan kerja sama internasional mungkin menjadi strategi penting dalam menghadapi lanskap ekonomi global yang semakin kompleks ini.

(JawaPos)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *